Beranda Cand

Selasa, 09 Oktober 2012

IPB dan Polri

Beberapa hari yang lalu, sesudah keluar dari kuliah, aku segera menuju perpustakaan IPB atau biasa yang disebut LSI. Dengan terburu-buru aku segera menuju ruang penitipan tas, meletakkan tas ransel ku yang lumayan berat. 



Tujuan ku ke LSI adalah untuk mengembalikan buku yang ternyata sudah hampir satu minggu tidak aku kembalikan. Bukan aku sengaja untuk mengulur waktu untuk mengembalikannya, namun buku yang ku pinjam ternyata di bawa pulang oleh teman sekelasku dan terjadilah peminjaman yang over-limited...

Aku ambil buku yang telah ku niatkan untuk aku kembalikan, meski hanya satu rasanya beban sekali ketika tidak segera aku kembalikan. Bukan karena terbebani karena dendanya, namun seorang mahasiswa saharusnya harus bisa memenejemen diri sendiri, dari hal-hal yang terkecil hingga yang terbesar. Buku yang akan aku kembalikan itu berjudul "Komunikasi Organisasi' Karangan Dr. Arni Muhammad yang tebalnya sekitar 228 halaman dengan cover warna kebiruan itu. Memang tidak terlalu tebal, tapi sangat berbobot isinya (Bagiku).

Setelah masuk ke perperpustakaan, aku langsung bergegas menuju tempat pengembalian/peminjaman buku-buku. Ternyata yang jaga ibu-ibu, dengan senyum khas mahasiswa telat mengembalikan buku, ku sapa beliau.
"Siang Ibu, biasa mau balikin buku, tapi maaf bu, telat" sambil nyengir ku sodorkan buku Arni Muhammad itu ke arah Ibu pegawai perpustakaan. 
dengan senyum pula ibu itu menjawab "Dendanya 1.400 neng". Aku balas senyumnya dengan menyodorkan uang 10.000 rupiah, yang pada waktu itu hanya itulah dan uang 500 rupiah yang aku bawa masuk keperpustakaan itu, sementara dompet dan HP ku tinggal bersama tas di tempat penitipan tadi.

"Nggak ada uang pas ya neng?" tanya ibu pegawai itu. "Wah, nggak ada bu" jawabku dengan menunjukkan tanganku yang kosong pertanda aku tidak membawa apa-apapun saat itu. "Eh, ibu ini ada 500 rupiah, jadi kalau dendanya 1.400 kembaliannya 9.000 saja atuh bu nggak apa-apa" tawarku pada saat itu. Ibu itu tidak menjawab namun dengan tetap tersenyum tangannya bergerak mengambil uang 10.000 dan 500 yang memang telah aku sodorkan. Kemudian mencari kembaliannya. Yang aku lihat waktu itu adalah, ibu itu mengembalikan uangku 9000 di tambah 100 rupiah.

Aku melongo... "cuma 100 perak doang kenapa musti dibalikin sih?" pikirku saat itu. Namun aku tidak bisa berbuat apa-apa, tanganku pun dengan lemah menerima saja uang yang 100 rupiah tadi. setelah kemudian aku katankan dalam hati "Super sekali, kawan".

Seharusnya, aku terkena denda 1.400 rupiah, yang aku sodorkan 10.000 dan 500. Pikirku pada saat itu ya sudahlah kembaliaannya 9000 saja, tak apa2lah aku denda 1500 toh cuma 100 perak ini. Namun tawaranku ditolak mentah-mentah dengan senyuman yang tetap bersahaja.

Apa yang dapat aku ambil dari peristiwa ini, begitu jujur dan bersahajanya ibu pegawai LSI itu. aku sendiri saja malu. Malu ketika mengingat kelakuanku (Bukan menilep uang orang ya). Biasanya kalau aku di suruh Bapak atau Mamak pergi belanja pasti ada sisa uangnnya, dan biasanya aku tak akan mengembalikkannya lagi ke mereka. Saat Mamak/Bannak bertanya "Uangnya belanjanya masih sisa toh?". "Iya.. tapi untuk aku dong" Dengan merasa tak berdosa aku masukkan uang itu ke dompet ku. meski hanya 500 sampai 10.000. Bapak/Mamak hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala dan tertawa. Mungkin mereka berfikir "Nih anak kayak nggak pernah liat uang saja".. Namun sifat itu sulit aku rubah sepenuhnya, awalnya dulu cuma canda-candaan namun jadi kebiasaan. Hehehe

Lalu, setelah aku keluar dari LSI, aku bergegas pulang karena badanku terasa sangat letih. Sampai di rumah, otakku pun kembali tidak nyaman oleh pemberitaan di TV mengenai kisruh KPK versus Polri. Yang aku pikir sangat kekanak-kanakan saja ulah kedua instansi penegak hukum itu. Seperti tidak ada kerjaan lain. Mengapa harus rebutan menangani kasus Korupsi simulator SIM yang melibatkan "Mbah"nya di Polri itu sendiri.  Bagaimanapun juga korupsi memang udah jadu Culture di Indonesia ini. Usulnya sih Tembak di tempat saja para koruptor itu. Biar mati sampai akar-akarnya.

Yang terlintas adalah, sebaiknya kisruh KPK versus Polri itu di selesaikan oleh Ibu pegawai PerpustakaanIPB (LSI) saja. Aman. Akan terbongkar semuanya, aku jamin tidak ada yang terselip di dompet atau rekening bank para koruptor 100 rupiahpun.

Dramaga, Oktober 2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar